Postingan

Menampilkan postingan dengan label resensi

Aceh di Balik Kacamata Rayben Urang Sunda

Oleh; Edi Miswar Mustafa Sebulan, setelah tenda darurat 800-an pengungsi musibah tsunami berdiri, tiba-tiba seorang nenek, dua orang cucu, dan seorang perempuan yang diaku sebagai menantu si nenek datang ke titik pengungsian di Mesjid Kopelma Darussalam, Banda Aceh. Mereka mengaku korban tsunami. Tapi, empat tahun usai ‘air raya kh’op ’ itu mereka masih tinggal di pengungsian di bantaran krueng Aceh. Mereka menanti janji bantuan rumah di kawasan Ladong, Aceh Besar. Potret kehidupan orang Aceh yang ditulis secara antropologis oleh Arif dalam buku ini adalah salah satunya dari sekian yang lain yang terbaca oleh saya. Bukan hanya karena Nek Salbiyah sekampung dengan saya. Sesuatu yang berseberang dalam satu ihwal dan membuhul menjadi satu dan sering terkata sebagai ironisma itulah yang mengundang decak yang diam. Sama halnya ketika dalam tulisan lainnya penulis memburaikan kepiluan seorang anak negeri kepada dua bapak bangsa yang dikhianati dan berusaha dilupakan Indonesia;