Oleh Edi Miswar Mustafa SAYA teringat Azhar Peureulak yang pernah menulis; Seandainya Saya Gubernur Aceh. Tetapi sekarang, entah ke mana orang ini. Saya menduga, ia sudah diperingatkan, maka tak berani lagi menulis-boleh jadi tulisannya yang pedas membuat sigubernur asli terusik. Maka sekarang saya iseng, dan berkhayal satu frasa; “seandainya saya seorang caleg”. Seandainya saja begitu, saya tak di sini, duduk menjuntai kedua kaki seraya memandangi para mahasiswi yang berbedak, bercelak dan berdandan rapi melintas di jalan. Saya membayangkan sebagai calon anggota dewan, pada saat ini saya sedang membaca beragam sarkasme dari sejumlah penulis karena ‘kata-kata mutiara’ yang tertera di foto-fotonya. Dan, saya tidak pernah sempat menerka akan serunyam ini. Padahal, ketika menuliskan kata-kata ajaib itu, pertimbangan-pertimbangan mereka pastilah telah amat matang. Pertama, kata-kata itu haruslah selaras dengan visi partai yang memayunginya. Kedua, antara caleg separtai diusahak
Komentar