Impian dan Produk yang Dihasilkan

Saya sering membayangkan diri telah berhasil menulis novel. Nyatanya kemudian saya sadari itu hanya lamunan. Dan entah bagaimana, lamunan itu terus saja berulang dan membuat hati senang. Tapi kemudian saya sadari, saya belum pernah menulis novel. Satu pun belum.

Beberapa waktu yang lalu sengaja saya beli satu-dua novel yang saya gandrungi ketika saya remaja. Saya paham, novel-novel itu tak sanggup lagi saya baca. Tapi saya beli juga. Saya berharap dapat belajar sesuatu yang kini saya anggap sederhana sebelum mencoba menulis (novel) yang sulit.

Dari sana, saya dapat memang rancang bangun bagaimana Mira W, misalnya, menulis novel. Pertama-tama, mungkin, menentukan satu ide. Kemudian membuat sinopsis. Lalu memasang-masang sejumlah tokoh dalam novel. Menulis biografi para tokoh (sampai ke mikes dan makes si tokoh). Lalu merancang bab, menulis sinopsis per bab. Nah, yang terakhir menulis draf novel.

Apakah novelis kawakan juga melakukannya seperti itu? AS Laksana pernah bertanya kepada Pramoedya Ananta Toer; bagaimana cara menulis (cerpen, novel/buku). Pram jawab singkat, "Ya, tulis saja."

Andrea Hirata (meskipun novel-novel fovarit), pernah mengungkapkan bahwa menulis itu ada dua faktor. Pertama faktor teknis. Yang kedua faktor nonteknis. Teknis itu seperti keterampilan mendeskripsikan, menulis latar, ataupun psikologi tokoh yang diingat pembaca sampai lama. Itu bisa dipelajari dan bisa ditingkatkan, kata Andrea. Sementara faktor nonteknis seperti keinginan menulis dan semangat menulis, faktor dari dalam.

Masalahnya untuk saya, selama ini saya menulis mengandalkan mood. Jika sedang mood, saya bisa menulis selama berjam-jam. Ketika saya menunda (apakah karena pekerjaan tertentu), ide dan mood bisa saja hilang entah ke mana. Tulisan-tulisan tersebut terbengkalai.

Kebiasaan ini adalah hambatan saya. Saya tahu saya tidak menyiapkan satu novel dengan hanya sekali duduk. Menulis novel membutuhkan stamina yang tinggi. Seorang penulis harus melalui rangkaian atau tahapan, terutama tahapan perencanaan. Jika tahapan ini dilalui dengan baik, insya Allah tahapan lain 'tampaknya' akan lebih mudah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru PPL Bukan Babu

Manohara

Soliloqui Seorang Caleg