Platonius II



                                                    
aku membayangkan seseorang yang mengetahui riwayat hidupku dan hidupmu sedang membaca karya-karya yang pernah kutulis tentangmu.  seseorang itu membaca apa yang kutulis setelah seratus tahun aku berkalang dengan tanah. dan dalam tulisan-tulisanku seseorang itu akan tahu bahwa cintaku padamu adalah cinta mereka-mereka yang ditulis dalam sejarah peradaban manusia; percintaan dua anak manusia yang dihalang-halangi oleh keegoisan, keperihan, kesengsaraan, dan segala kepiluan lainnya yang coba memisahkan mereka. tetapi seseorang yang sedang membaca itu hanya dapat merasakan kegetiran yang kualami lebih dari seratus tahun yang lalu dengan mempercepat pembacaannya. dia ingin mengetahui; adakah dalam tulisanku pada akhirnya kita akan bersama? pada akhirnya engkau akan menerima perasaanku yang suci padamu? seseorang itu kemudian akan diam, sedih, nelangsa, atau apalah namanya campuran perasaan yang mungkin terkombinasikan dalam setiap jiwa manusia.

mungkin, manusia hanya dapat berencana. seratus tahun setelah aku mati, setelah aku berkalang tanah, aku tetap menginginkan perasaanku padamu dijadikan pengobat luka karena seseorang yang mereka cintai tidak pernah ingin memberikan harapan-harapan kebahagiaan bersamanya.

Darussalam, 24 Oktober 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru PPL Bukan Babu

Manohara

Soliloqui Seorang Caleg